Selasa, 26 Februari 2013

Perjalanan Mencapai Sebuah Hasil

                    Kehidupan adalah sebuah perjalanan yang tiada henti. Menanam dan menuai. Berjalan untuk berusaha menyeimbangkan. Jatuh dan bangkit. Penuh perjuangan. Seperti halnya hari ini. Saya baru saja melakukan perjalanan terjauh dan penuh perjuangan demi sebuah pencapaian "nilai" pada akhirnya.

                    Mengejar nilai di zaman sekarang sudah menjadi hal yang lumrah di kalangan siswa siswi, bahkan mahasiswa. Hal ini dikarenakan terkadang, nilai menjadi keharusan dalam menyelesaikan sesuatu. Contohnya saja untuk kelulusan mata pelajaran. Saya juga sedang melakukannya.

                    Proses "mengejar" nilai tersebut juga tidak mudah. Perlu perjuangan tentunya.

                    Nah, seminggu yang lalu guru biologi pertanian memberikan tugas untuk menanam tumbuhan di polibag dengan tumbuhan yang sudah ditetapkan. Ada yang mendapatkan tugas untuk menanam strawberry, ada yang terong, cabai merah dan tomat. Kelompokku mendapatkan tugas menanam tumbuhan tomat.

                    Setelah dijelaskan bagaimana proses menanamnya, kami mulai berusaha menyelesaikan setiap tahapan. Tahapan yang pertama yaitu menyiapkan bibit, polibag, tanah dan pupuk kandang. Untuk bibitnya, dalam satu deret kami patungan untuk membelinya. Harganya Rp. 20.000. Dan yang pergi membelinya adalah Ical. Polibag besar sebanyak 3 lembar dengan harga Rp. 1.000 per lembarnya.

                     Selanjutnya, kami pergi mencari tanah. Tempatnya di Wakonti-- sekitar 7 kilometer dari pusat kota Baubau-- yaitu di rumah teman kami, Muniar. Kami pergi berlima selepas olahraga. Saya, Ulfa, Muniar, Rustam dan Aslam. Perjalanannya sangat jauh mungkin sekitar 20 menit.

                    Setelah sampai disana, Rustam dan Aslam bergantian untuk mencangkul tanah dengan linggis dan skop. Setelah berpeluh-peluh untuk mencangkul dan memenuhi dua kantong besar, kami berhenti dan pulang. Sebenarnya belum pulang, karena kami akan pergi mengambil pupuk.

                    Untuk pupuk kandang, kami sedikit menghemat-- sebenarnya memang sangat menghemat. Kami mengambil kotoran sapi di lapangan lembah hijau di samping sekolah kami. Aslam harus pulang karena tantenya sudah menunggu. Kami tinggal bertiga. Dengan menahan malu kami mencari kotoran sapi yang sudah mengering, mengoreknya dan memasukkannya dalam kantong plastik. Yang berperan dalam proses ini adalah Rustam sebagai "pengorek" dan saya yang memegang kantong plastiknya. Bau kotoran sapi yang sangat menyengat membuat salah satu teman saya Ulfa lari karena tidak tahan dengan baunya. Bukan hanya itu, saat kami masih mencari, ada segerombolan pemuda yang sedang bermain bola meledek kami dengan berkata "Dek, disini juga masih banyak kotoran sapi buat kalian". Kami hanya tertawa kecil sambil menahan malu. Setelah itu saya harus pulang naik ojek karena Aslam sudah pulang.

                    Perjuangan belum terhenti sampai disana. Setibanya di rumah saya, kami harus melakukan beberapa tahapan lagi. Yang pertama, mengayak tanah. Saya, Ulfa dan Rustam bergantian untuk mengayak tanah, seperti halnya mengayak pasir. Pada proses ini kami lebih banyak tertawa sehingga tak ayal kami
melepaskan ayakan yang berat berisi tanah itu. Berat sekali sehingga membuat tangan saya iritasi karena pengayaknya yang mirip jala. Memang disini kami lebih mirip kuli bangunan sebenarnya.

                    Setelah itu kami harus mengayak kotoran sapi yang kering agar menjadi halus. Ayakan kami agak sedikit ringan dibandingkan saat mengayak tanah tadi. Setelah itu kami mulai bermain-main dengan tanah untuk mencampurnya dengan kotoran sapi yang sudah halus tersebut. Setelah sudah rata, kami memasukkannya ke dalam polibag. Harus didiamkan selama satu hari agar keasamannya berkurang, begitu kata guru kami.

                    Kami bertiga menyelesaikan semuanya hingga magrib menyapa. Sebenarnya belum selesai, karena masih ada proses penyemaian bibit lagi. Tapi besok saja, kami sudah sangat lelah dengan perjalanan dan perjuangan hari ini.

                    Untuk mencapai sesuatu, memang diperlukan kesabaran dan perjuangan keras agar mendapatkan hasil yang maksimal.

12 komentar:

  1. oh bener. sabar dan telaten. untuk semua hal dan kesuksesan, berlaku mata uang ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mas, harus ini mah.
      mata uang dollar boleh kayaknya :D

      Hapus
  2. hehehe.. ngeblog di kelas tadi..
    untung guru blum masuk

    BalasHapus
  3. isi postingannya, mengandung analogi yang menurut gue emang sangat tepat.
    dan ini keren (y)

    BalasHapus

© 2013 Faisyah Febyola : )

Powered by Blogger