Kamis, 31 Januari 2013

It Has Been You

    Aku merenggangkan otot-otot leherku yang sudah terlalu tegang. Berkutat dengan laptop hingga subuh sudah menjadi kebiasaanku karena tuntutan pekerjaan. Pekerjaanku adalah penerjemah. Ya, menjadi penerjemah sangat menyenangkan, apalagi penerjemah film dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia. Semuanya adalah hobiku. Pekerjaan ini adalah pekerjaan paruh waktu di sela kegiatan belajarku sebagai siswa SMA.
   
    Aku beranjak dari kursi dan berjalan ke balkon kamarku. Pukul 3 pagi. Anginnya menembus hingga ketulang membuatku sedikit bergidik. Aku duduk di kursi dan menikmati semuanya. Kurogoh saku celanaku mencari ponsel. Entah mengapa ada keinginan untuk sekadar mengaktifkannya.
   
    Aku memandangi layar ponselku yang menampilkan wajah seorang gadis berponi pagar sedang membaca buku dengan raut wajah serius yang dibuat-buat. Aktingnya saat membaca sangat bagus tapi, adakah orang membaca sambil berfoto? Sudut bibirku tertarik ke samping membayangkannya. Aku menggeleng-geleng sendiri.
   
    Tak berapa lama kemudian ponselku berbunyi, ada sebuah pesan.
   
        From: Gita
        Kulihat kau ragu, adakah yang tlah mengganti aku?

   
    Seulas senyum terbentuk di wajahku. Ini adalah salah satu potongan lirik lagu Pada Satu Cinta milik Glenn Fredly. Dia masih saja peduli padaku. Pada perasaanku padanya. Sesegera mungkin ku balas pesannya.
   
        To: Gita
        Ga ada yang bakalan gantiin kamu di hatiku.
        Status; Delivered to Gita

   
    Aku kembali menatap layar ponselku yang menampilkan wajah Gita. Jariku menyentuh pipinya yang tembem. Kembali membayangkan bahwa pasti dia merasa aku mempermainkannya lagi. Tapi tentu saja tidak.
   
    Ingatanku kembali berputar ke masa lalu. Dimana aku yang menyukai Gita sejak awal pertemuan kami di waterbom. Kami masih SMP pada waktu itu dan kami satu sekolah juga seumuran, cuman dia memang lebih tua beberapa bulan dariku.
   
    Aku tahu betul mengapa bisa jatuh cinta padanya saat itu. Dia terlihat begitu berbeda dari gadis lain. Terlihat begitu polos. Seperti menampakkan dirinya yang sebenarnya. Tawa renyahnya menghiasi gendang telingaku yang sengaja ku pasang rapat-rapat pada waktu itu. Dan aku menyukainya.
   
    Ketika dia mulai lompat ke dalam kolam, aku juga ikut menyelam ke dalam. Kulihat dia menyelam untuk menyentuh dasar kolam. Aku hanya diam di tempatku, menatapnya dengan senyum mengambang. Ketika dia hendak naik ke permukaan mencari oksigen, dia melihatku sekilas dan tersenyum. Kami mencapai permukaan kolam secara bersamaan.
   
    Aku terus memperhatikannya hingga kami berpisah. Aku bersama rombonganku, diapun bersama rombongannya.
   
    Mungkin saat itu dia belum mengenalku, tapi aku sudah mengetahui namanya. Seminggu kemudian aku mendapat kabar yang membuatku semakin gemas.
   
    “Ga, si Gita nitip salam tuh sama lo”, ucap Oki dengan nada semangat. Aku tersenyum seketika. Apakah dia juga menyukaiku? Ini awal yang sangat baik.
   
    “Dia juga mau gue buat kalian jadian”, lanjut Oki yang membuatku setengah terkejut.
   
    “Dia minta lo ngejodohin sama gue gitu?”, tanyaku masih dengan muka terkejut.
   
    “Yoi, mau ga lo? Dia anaknya termasuk tenar lho. Banyak yang naksir sama dia. Dan yang lebih ngewow lagi, si Gita itu mantan pacarnya Ginanjar. Lo tahu Ginanjar kan? Anak pemilik yayasan sekolah kita”, jelas Oki sumringah.
   
    Aku benar-benar terperangah dibuatnya. Mulutku masih menganga. Otakku berpikir keras. Apalagi yang kutunggu? Gita saja sudah memberiku pertanda, jadi semua takkan sulit buatku.
   
    “Gue mau”, ucapku memantapkan hati. Oki tersenyum puas.


                                                        bersambung ke It Has Been You [end]

4 komentar:

© 2013 Faisyah Febyola : )

Powered by Blogger