Cerita Sebelumnya: Topeng [III]
Suatu kebahagiaan aku bisa mengenalnya. Saling mengetahui bahwa kami saling mencintai.
***
“Persetan dengan siapa dan dimana aku menghabiskan waktuku semalam!”. Wajah merah legam dengan mata melotot penuh peluh itu hanya berjarak dua senti dari wajahku. Deri sudah seperti halnya lucifer yang mencari mangsa. Aku hanya bisa mengeluarkan air mata dan mendorong Deri menjauh dengan sisa tenaga yang kukumpulkan mati-matian. Deri mengerang. Aku berjalan menjauh. Derapan langkah berlari terdengar memecah ombak di pesisir pantai. Aku merasakan lenganku digenggam erat dan diputar menghadapnya.
“Sakit”, desisku sambil berusaha melepaskan diri. Kurasakan kuku tajamnya menembus kulitku. Airmataku jatuh perlahan.
“Sakit?”, ucapnya sambil mendekat kepadaku. Mengangkat tanganku yang digenggamnya tadi dan menyentuh bekas kuku yang tergambar. Wajahnya seketikaberubah menjadi semula. Dia memelukku. “Maafkan aku”, ucapnya di telingaku.
“Antar aku pulang”. Aku masih malas berbicara dengannya setelah apa yang terjadi.
***
To: MyDeri
Yang dimana?
Delivered
Pesanku tidak dibalas dan teleponku pun tidak dijawab olehnya. Entah kemana lagi dia.
Pikiranku melayang-layang pada ucapan Putri, “Kata Roy, Deri semalam ga pulangkarna dia ke tempat PSK”. Apa dia kesana lagi? Pertanyaanku menggantung di tenggorokan.
***
Berbulan-bulan menjalani kebersamaan, aku pikir kita saling mengenal. Ternyata tidak. Semua dugaanku dulu ternyata salah. Mendapatkan fakta bahwa dia kasar, suka pulang larut dan bermain dengan PSK membuatku tidak tinggal diam. Aku bergerak mencari bukti.
Aku mencari tahu bersama Roy. Kami pergi ke tempat PSK itu pada siang hari. Belum sampai ke dalam rumahnya Si PSK itu malah sudah hampit berbuat yang tidak-tidak dengan Roy. Aku dan Roy sudah tahu apa jawabannya. Dan kami pulang.
***
“Kita putus. Aku tahu kamu siapa. Dan aku tidak bias terus jalan sama kamu”, ucapku dari ujung telepon. Aku mendengar hembusan napas gusar disana.
“Itu hak kamu. Aku minta maaf”. Bayangkan saja dengan mudahnya Ia mengucapkan kata maaf. Mungkin dia pikir aku ini seperti wanita PSK yang biasa dimintai maaf dan kembali lagi.
Sungguh aku tak ingin berhubungan dengan orang seperti dia lagi. Harga diriku sudah diinjak-injak. Rasa benci terhadap kelakuannya dan muak akan tampangnya membuatku harus benar-benar membakar tuntas seluruh kenangan.
Dia adalah orang dengan peran terbaik di depan ternyata setelah topengnya terbuka, dia tidak jauh berbeda deng para PSK itu. Sungguh sekarang aku yang telah mengoyak topengnya. Dan dia tidak akan bisa menggunakan topeng yang sudah rusak tersebut.
***
Aku sedang berada di rumah Putri, duduk berayun diatas ayunan besi di taman depan rumahnya. Sudah sebulan sejak kasus putusku dengan Deri. Aku merasa biasa saja. Mungkin hampa. Ponselku berbunyi pesan masuk. Sebuah nomor yang kukenal meski tanpa nama terpampang dilayar ponselku.
From: 089976899xxx
Aku kasih kamu kesempatan kedua, Priska Natasya.
Darahku naik setelah membaca pesan itu. Apa maksudnya kesempatan kedua? Kapan aku meminta kesempatan kedua? Oh Tuhan.. berfikir saja aku tak mau. Betapa kepedeannya makhluk ini.
TAMAT
Read More
Suatu kebahagiaan aku bisa mengenalnya. Saling mengetahui bahwa kami saling mencintai.
***
“Persetan dengan siapa dan dimana aku menghabiskan waktuku semalam!”. Wajah merah legam dengan mata melotot penuh peluh itu hanya berjarak dua senti dari wajahku. Deri sudah seperti halnya lucifer yang mencari mangsa. Aku hanya bisa mengeluarkan air mata dan mendorong Deri menjauh dengan sisa tenaga yang kukumpulkan mati-matian. Deri mengerang. Aku berjalan menjauh. Derapan langkah berlari terdengar memecah ombak di pesisir pantai. Aku merasakan lenganku digenggam erat dan diputar menghadapnya.
“Sakit”, desisku sambil berusaha melepaskan diri. Kurasakan kuku tajamnya menembus kulitku. Airmataku jatuh perlahan.
“Sakit?”, ucapnya sambil mendekat kepadaku. Mengangkat tanganku yang digenggamnya tadi dan menyentuh bekas kuku yang tergambar. Wajahnya seketikaberubah menjadi semula. Dia memelukku. “Maafkan aku”, ucapnya di telingaku.
“Antar aku pulang”. Aku masih malas berbicara dengannya setelah apa yang terjadi.
***
To: MyDeri
Yang dimana?
Delivered
Pesanku tidak dibalas dan teleponku pun tidak dijawab olehnya. Entah kemana lagi dia.
Pikiranku melayang-layang pada ucapan Putri, “Kata Roy, Deri semalam ga pulangkarna dia ke tempat PSK”. Apa dia kesana lagi? Pertanyaanku menggantung di tenggorokan.
***
Berbulan-bulan menjalani kebersamaan, aku pikir kita saling mengenal. Ternyata tidak. Semua dugaanku dulu ternyata salah. Mendapatkan fakta bahwa dia kasar, suka pulang larut dan bermain dengan PSK membuatku tidak tinggal diam. Aku bergerak mencari bukti.
Aku mencari tahu bersama Roy. Kami pergi ke tempat PSK itu pada siang hari. Belum sampai ke dalam rumahnya Si PSK itu malah sudah hampit berbuat yang tidak-tidak dengan Roy. Aku dan Roy sudah tahu apa jawabannya. Dan kami pulang.
***
“Kita putus. Aku tahu kamu siapa. Dan aku tidak bias terus jalan sama kamu”, ucapku dari ujung telepon. Aku mendengar hembusan napas gusar disana.
“Itu hak kamu. Aku minta maaf”. Bayangkan saja dengan mudahnya Ia mengucapkan kata maaf. Mungkin dia pikir aku ini seperti wanita PSK yang biasa dimintai maaf dan kembali lagi.
Sungguh aku tak ingin berhubungan dengan orang seperti dia lagi. Harga diriku sudah diinjak-injak. Rasa benci terhadap kelakuannya dan muak akan tampangnya membuatku harus benar-benar membakar tuntas seluruh kenangan.
Dia adalah orang dengan peran terbaik di depan ternyata setelah topengnya terbuka, dia tidak jauh berbeda deng para PSK itu. Sungguh sekarang aku yang telah mengoyak topengnya. Dan dia tidak akan bisa menggunakan topeng yang sudah rusak tersebut.
***
Aku sedang berada di rumah Putri, duduk berayun diatas ayunan besi di taman depan rumahnya. Sudah sebulan sejak kasus putusku dengan Deri. Aku merasa biasa saja. Mungkin hampa. Ponselku berbunyi pesan masuk. Sebuah nomor yang kukenal meski tanpa nama terpampang dilayar ponselku.
From: 089976899xxx
Aku kasih kamu kesempatan kedua, Priska Natasya.
Darahku naik setelah membaca pesan itu. Apa maksudnya kesempatan kedua? Kapan aku meminta kesempatan kedua? Oh Tuhan.. berfikir saja aku tak mau. Betapa kepedeannya makhluk ini.
TAMAT