Senin, 03 Desember 2012

Keyakinan, Sang Pemisah?



    Dia menungguku. Baru saja aku masuk ke kelas itu dan belum sempat bersuara, dia langsung mengangkat suaranya lantang, memanggilku. Aku berjalan ke arah suara yang sangat kukenal selama beberapa tahun ini. Matanya sembab, wajahnya merah-mungkin karena lama menahan amarah, air matanya masih terus mengalir. Aku masih mengingat pesan yang dikirimnya semalam. Tentang kekasihnya, tentang hubungan mereka tak baik akhir-akhir ini. Aku tahu beban yang ditanggung sahabatku ini tidak ringan. Masalah perbedaan agama yang melatarbelakangi semuanya.

    Awalnya, mereka saling bertemu dalam sebuah forum yang sama-sama mereka geluti. Rasa suka mulai timbul sejak mereka harus terus bersama-sama sebagai seorang moderator dan notulis yang tak pernah terpisahkan tugasnya. Tak lama, rasa cinta mulai timbul di hati keduanya, mereka tau bahwa mereka berbeda keyakinan, tetapi ketika cinta bertindak semua akan terjadi.

    Aku ingat betul,  dulu sahabatku pernah menunggu kekasihnya saat sholat di dalam mesjid, Ia duduk sabar bahkan juga terlihat khusyuk dalam menggenggam salibnya. Salib dan tasbih yang sama-sama meminta kepada Tuhan dalam makna dan tujuan  yang sama, meminta terus dipersatukan. Entah kesabaran macam apa yang mereka berdua miliki dalam menjalin hubungan cinta dengan perbedaan keyakinan.

    Tapi, hubungan mereka selama 4 tahun ini tak pernah begitu mulus, selalu saja ada masalah di dalamnya. Pernah suatu waktu, ketika sahabatku pergi ke gereja ditemani oleh kekasihnya,  semua orang dalam gereja kaget melihat sahabatku menggandeng seorang pria yang menggunakan baju koko dan peci. Saat itu semua orang berbisik-bisik melihat mereka berdua. Aku juga ada disana, melihat mereka, berusaha tidak memikirkan sesuatu yang dipikirkan orang-orang disana. Mimik kekasihnya tak baik saat itu, Ia pasti merasa diasingkan, akhirnya Ia memutuskan untuk menunggu sahabatku diluar gereja.

    Sejak kejadian itu, sang kekasih tak pernah menghubungi sahabatku lagi. Ia juga sepertinya sengaja menghindar saat di forum. Sahabatku tahu penyebabnya dan merasa harus menyelesaikannya, Ia tak mau terus dijauhi, hingga akhirnya Ia memutuskan untuk mendatangi kediaman kekasihnya itu.

    Setibanya di rumah sang kekasih, mereka berbincang dan meluruskan masalah itu. Dan sahabatku diperkenalkan kepada kedua orang tua kekasihnya. Orang tuanya kaget setengah mati ketika melihat sebuah salib yang menggantung di leher sahabatku. Tak tanggung-tanggung mereka langsung mengusir sahabatku dan melarang keduanya untuk berhubungan lagi.

    Satu minggu setelah itu aku dikirimi pesan oleh sahabatku, tentang berakhirnya hubungan mereka. Orang tua kekasihnya tidak menyetujui hubungan mereka. Memang sulit untuk mempersatukan dua orang yang berbeda latarbelakang keyakinannya.

    Pada akhirnya memang harus ada yang di korbankan untuk menyatu, entah itu salib atau tasbih. Sahabatku juga ingin tetap pada keyakinannya memeluk agama kristen. Kekasihnya juga tak bisa meninggalkan keyakinannya, Islam. Masing-masing masih memegang teguh keyakinannya. Mungkin jika tak bisa mempersatukan keyakinan, hubungan merekalah yang harus dikorbankan.

7 komentar:

© 2013 Faisyah Febyola : )

Powered by Blogger