Selasa, 25 Desember 2012

Ragu-ragu [II]

Cerita sebelumnya: Ragu-ragu

    Bagi Popy terlalu absurd jika Gilang (mungkin) membeli sebuah nomor baru yang digunakan khusus untuk menghubunginya. Hanya tak pernah terbayang saja, seorang Gilang akan melakukan semua ini. Entah ada maksud apa. Tapi Popy tidak mau merasa geer duluan, siapa tahu bagi Gilang ini hal yang biasa saja.
   
    Hampir setiap hari bahkan setiap jam mereka berkirim pesan via telepon seluler. Awalnya proses itu dinikmati oleh Popy, namun lama kelamaan Ia merasa ada yang janggal dan bebeda dari sifat Gilang saat menggunakan nomor ‘kedua’-nya itu.
   
    Gilang dengan nomor kedua-nya itu berbanding terbalik dengan sifatnya di nomor pertama. Dia sangat romantis, baik, lucu, tidak pernah marah, sangat manis, dan merekapun tidak pernah bertengkar saat berkirim pesan dengan nomor itu. Beda seratus delapan puluh derajatlah.
   
    Popy pernah menanyakan pada Gilang mengapa untuk menghubunginya harus dengan nomor kedua-nya itu. Gilang bilang karena nomor pertama-nya itu digunakan pada smartphone-nya yang sering dipinjam oleh teman-temannya, Ia tak nyaman jika semua pesannya dibaca oleh mereka. Jadi dikhususkanlah nomor kedua itu untuk menghubungi Popy.
   
    Popy lebih senang seperti itu, lagi pula kan itu privasi Gilang, tak pantas jika orang lain membacanya. Tapi yang masih sangat mengganjal adalah sifatnya. Sifat yang berkebalikan itu. Dalam hal ini, Gilang seperti berkepribadian ganda.
   
    Suatu hari Popy mengirim pesan ke nomor pertama Gilang, tapi seperti biasa, mereka berdua bertengkar lagi. Tapi saat mengirim pesan ke nomor kedua, Gilang malah bersikap baik dan manis. Popy di buat pusing oleh prilaku Gilang ini.
   
    Hingga suatu waktu dalam proses berkirim pesan mereka terjadi sesuatu yang tak terduga.
   
    “Eh, gua suka sama lu tau”, isi pesan yang dikirim Gilang ke Popy. Ia merasa sangat takut dan begitu degdegan. Apa yang akan Popy katakan tentangnya.
   
    “Sejak kapan? Sebenernya gua juga punya perasaan yang lebih buat lu, disbanding ke temen-temen yang lain”. Popy tersenyum puas. Hatinya seperti melambung jauh menembus atmosfer, dadanya dipenuhi ledakan. Tangannya basah karena jantungnya berpacu lebih cepat.
   
    “Sejak awal SMA ini”
   
    “Oh ya? Sama dong”. Sudut bibir Popy terangkat. Wajahnya merah. Gilang sudah meruntuhkannya.
   
    “Em, terus lu mau ga jadi cewek gua?”,  dikirimnya pesan itu dengan gereget dipenuhi ragu.
   
    Lima menit..
    Lima belas menit..
    Tiga puluh menit..
    Satu jam. Belum ada balasan dari Popy. Gilang semakin panik. Kenapa Popy tidak membalas sampai selama ini.
   
    Popy sendiri bingung dan tak habis pikir Gilang akan memintanya jadi ‘pacar’. Selama ini Popy belum pernah berpacaran. Jika harus jujur, memang Gilang-lah yang disukainya dan dinantinya untuk dijadikan seorang pacar pertama. Dan sekarang, Gilang sudah memintanya, apakah secepat ini dia akan mererima Gilang? Sementara hatinya masih menerka-nerka tentang kepribadian Gilang yang berbeda di kedua nomornya itu.


    “Beri gua waktu tiga hari buat mikir”.

                                                                   bersambung ke Ragu-ragu (END)

7 komentar:

  1. hmm lantaran penasarann ku dari kemaren kemaren ... part III nye ditunggu...

    BalasHapus
  2. belum sampe abis bca heheh

    BalasHapus
  3. Nice .........
    berbagi disini yuk..
    http://rahasiakuya.blogspot.com/

    BalasHapus

© 2013 Faisyah Febyola : )

Powered by Blogger